Flash Sale! to get a free eCookbook with our top 25 recipes.

Membawa Bom ke Gereja vs Membawa Tumpeng ke Gereja

Listen to this article

Islam adalah agama yang yang toleran. Dalam hadits:

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ اْلأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ.
Ditanyakan kepada Rasulullah saw. “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” maka beliau bersabda: “Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)”.

Hanya segala sesuatu itu ada batasnya. Isteri tidak lebih dari empat. Makan tidak melebihi kenyang. Berpuasa tidak melebihi terbenam matahari. Shalat isya’ tidak melebihi empat rokaat. Dan bila melewati batas ketentuan, maka yang baik akan berubah menjadi buruk.

Begitu pula dengan toleransi, tidak boleh melewati batas ketentuan. Toleransi antar umat beragama hanya dalam mu’amalah dan sosial kemanusiaan. Misalnya ada kecelakaan kita menolong secepatnya, jangan bergaya malaikat mungkar nakir masih tanya “Mâ dînuka” (apa agamamu). Tetangga atau teman kita yang non muslim sakit kita membesuknya dan membawa oleh-oleh. Diundang dalam acara pernikahan non muslim kita datang. Mereka beribadah kita tidak mengganggunya.

Tapi toleransi dalam akidah dan ibadah itu namanya melewati batas ketentuan, dimana hal itu dilarang dalam agama Islam. Misalnya, hadir dalam acara natalan di gereja. Menyumbang sesajen untuk sesembahan agama Hindu. MUI (Majelis Ulama Indonesia) telah mengeluarkan fatwa pada tanggal 7 Maret 1981, dengan tegas menyatakan bahwa menghadiri natalan bersama adalah haram. Dan keputusan hukum itu sampai sekarang tidak dicabut.

Akhir-akhir ini ada orang yang memberikan makna toleransi dengan sengaja mendistorsi makna toleransi dengan tujuan tertentu sehingga membuat maknanya menjadi rancu. Dibuatlah suatu konsep sedemikian rupa lalu mecampur aduknya sebagai liberalisasi agama. Padahal dalam agama sudah ada petunjuk yang jelas mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.

Dari ini kita bisa mengetahui, bahwa membawa bom ke Gereja -layaknya kaum radikal- adalah jelas larangan agama karena tidak punya toleransi. Tapi membawa tumpeng dalam acara natalan -layaknya kaum liberal- juga larangan agama karena toleransi yang melewati batas ketentuan.

Oleh karena itu -sebagaimana disampaikan KH. Makruf Amin- NU itu adalah moderat (tengah- tengah), La liberaliyyin wa la konservatifiyyin (tidak liberal dan tidak konservatif). Menentang orang yang membawa bom ke Gereja dan juga tidak setuju kepada orang yang membawa tumpeng pada Natalan.

Wallâhu A’lam.

admin
Pena Santri adalah media dedikasi Santri Pejuang NKRI