Flash Sale! to get a free eCookbook with our top 25 recipes.

Perlawanan Ulama Perempuan terhadap Deskriminasi

Perlawanan Ulama Perempuan terhadap Deskriminasi
Perlawanan Ulama Perempuan terhadap Deskriminasi
Listen to this article

Perang salib dan serangan Mongol menghancurkan seluruh peradaban Islam. Menurut KH Husein Muhammad, faktor ini membuat perempuan kembali sebagai penjaga rumah. Sarjana Suriah, Dr. Muhammad al-Habasy dalam bukunya berjudul al-Mar’ah baina asy-Syari’ah wa al-Hayah menjelaskan peminggiran kaum perempuan didasarkan pada argumen “sadd adz-dzari’ah” atau menutup pintu kerusakan. Pada posisi ini ulama perempuan memainkan peran pentingnya untuk melawan mindset deskriminatif terhadap perempuan.

Keterlibatan perempuan dalam dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan dan aktivitas mereka di ruang publik dipandang bisa atau berpotensi menimbulkan “fitnah” dan “inhiraf” atau penyimpangan moral.

“Pandangan ini muncul menyusul kehancuran Islam akibat serbuan tentara Mongol pada 1256. Dan, sebelumnya serbuan tentara salib. Kehancuran ini diikuti kehancuran di Andalusia. Sekitar abad ke-13 sampai abad ke-19 stagnan ulama perempuan tidak muncul,” kata dia.

Baru muncul lagi tokoh bernama Rifa’ah Rafi ath-Thahthawi (1801-1873 M) yang dipandang sebagai orang pertama atau pelopor yang membawa pembaruan pemikiran Islam. Dia juga berani mengkritik pandangan-pandangan konservatif yang merendahkan perempuan.

Ath-Thahthawi menuliskan gagasan dan kritiknya dalam buku berjudul Takhlish al-Ibriz fi Talkish Paris dan al-Mursyid al-Amin li al-Banat wa al-Banin. Selain itu, ada pula tokoh Qasim Amin yang paling menonjol dalam isu perempuan. Dia menulis buku berjudul Tahrir al-Mar’ah (Pembebasan Perempuan). Setelah itu, banyak bermunculan tokoh perempuan termasuk di Indonesia. Dari situ, muncul tokoh-tokoh baru yang ikut memperjuangkan hak perempuan sampai saat ini.

“Di Indonesia ada Rahmah el-Yunusiah, ulama perempuan di Padang Panjang, Sumatra Barat. Bahkan, Rahmah mendapat gelar kehormatan “syekhah” dari Universitas al-Azhar. Sementara itu, di Jombang, Jawa Timur, ada putri dari KH Hasyim Asy’ari bernama Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari. Di Aceh juga ada ulama perempuan terkenal bernama Teungku Fakinah atau Teungku Faki,” kata dia.

Ahmad Fairozi
Adalah alumni PP. Annuqayah Madura yang sedang menyelesaikan Sekolah Pasca Sarjana di UNUSIA Jakarta.