Indonesiaku
Di tubuhmu, retina bulan mengatup kantuk
menunggu rahim fajar bangkit memahat rona selendang langit
Senandung angin memetik kecapi menggiring ritme kaki matahari
Yang tak lekang memperkenalkan diri pada semerbak bumi pertiwi
Kicau burung pun berdentum memadah epitaf sisa-sisa sejarah
Mengisar memoar reruang wangsit perenungan bunga bangsa
Ingatlah,
Dahulu bambu badik dimainkan sebagai ujung peluru
Gelegak bocah-bocah menyusu darah menegak masa jaya
Demi tanah jadi tonggak sehelai bendera
Demi menyemai ranah benih Aceh sampai Papua
Hingga tumbulah engkau menunggangi renjana garuda
Menata lebur makna bhineka tunggal ika
Pada zamrud khatulistiwa yang baka
Oi, Indonesiaku
Biarkan aku menderu
Bagai cagak tegak di atas batu dalam derak jantung waktu
2019
Gerimis
Firnandita,
Bermusim-musim gerimis melanda
Matahari tak lagi kutemukan di selaput mata
Dan wajah kita kutemukan
Tertidur pulas dalam keranda
Terhitung sejak kita mulai mahir
Bermain luka di bibir senja
Menjelang Senja
/1/
Tatkala langit hampar berdarah
Luka akan lepas dengan hilir doa-doa
/2/
Senja beranjak mengecap dahaga
Lidah karat sembunyikan dari sekian rasa
/3/
Orang berkiprah mengusung patung bulan
Perut terbakar matahari tetap berdiam
/4/
Sebuah riwayat peperangan akan segera usai
Tertancaplah bendera Tuhan pada pusara syetan
/5/
Kumandang membumbung
mengundang kerumunan
Ramadhan, 2020